August 27, 2011

Maaf?


Setiap 1 Syawal, para muslimin pasti merayakan hari raya idul fitri dengan kondisi terbaiknya. Meminta maaf lahir bathin seperti sudah menjadi hal wajib disampaikan kepada orang yang dikenal. Lantas apakah arti maaf ini sudah berada di tempat yang tepat? ataukah ini hanya ritual tahunan yang tak berarti apa-apa?.

Banyak orang yang sudah beberapa kali melewati moment idul fitri dengan orang yang sama untuk saling memaafkan, tapi keduanya masih sama-sama terluka. Apakah maaf yang seperti ini sudah cukup?

Maaf adalah sesuatu yang terlahir dari bathin terdalam yang dibangun atas dasar keikhlasan untuk menurunkan ego dengan cara memaklumi dan menghapus ingatan tentang kesalahan orang lain. Kesempurnaan sikap ini adalah sesuatu yang tidak bisa dipaksakan dan ditentukan kapan dan bagaimananya. Karena memaafkan berarti membuat file baru dalam memory otak kita, untuk menggantikan perasaan terluka yang pernah dilakukan orang lain.

Dalam beberapa kesempatan, banyak orang menyampaikan maafnya dalam keadaan terluka.  Sehingga yang terjadi adalah formalitas yang digunakan sebagai topeng untuk satu pesan baik yang ingin ditunjukkan terhadap orang lain. Dan ketika seseorang yang telah dimaafkan kembali melakukan kesalahan, maka akan ada bonus kesalahan dari sesuatu yang sudah pernah dimaafkan. Hasilnya, kita tidak akan pernah benar-benar merasakan maaf.

Meminta maaf dan memaafkan adalah dua aktifitas berbeda yang sebenarnya berasal dari satu tempat, yaitu diri kita sendiri. Yang tahu betul kapan maaf itu terjadi adalah jiwa ini, dan kita tidak pernah bisa menjadwalkan kapan maaf itu akan dilaksanakan. Oleh karena itu, maaf tidak selalu harus diungkapkan kepada orang yang kita tuju, karena maaf adalah milik kita sendiri. Maaf tidak pernah terjadi begitu cepat. Setiap orang akan membutuhkan waktu jeda untuk memberi/meminta maaf. Dan egolah yang menjadikan masing-masing kita memiliki perbedaan waktu untuk melakukanya.

Berhubung sebentar lagi idul fitri, dan maaf selalu berproses. Marilah kita siapkan diri ini untuk memaafkan. Karena tak ada seorangpun yang mampu membantu kita untuk memberi/meminta maaf kecuali diri kita sendiri. Dan kalau kita belum siap, maka kita tidak akan pernah memaafkan. Sementara idul fitri hanyalah ritual wajib tahunan yang kita lakukan karena keadaan.

August 24, 2011

Bertahan


Aku ingin segera kembali kepada agama terindah, dimana hidup hanyalah tentang halal/haram. Tanpa harus bingung untuk meyakini apakah kuharus memilih kenyataan atau harapan? apakah taqdir ini benar-benar dari Allah atau hanya karena aku yang belum menjadikan ikhtiar ini maksimal?. Aku selalu ingin bertanya, karena banyak hal yang ingin kutanyakan, meski syariat tak pernah mengajarkan ummatnya untuk bertanya pada sang pencipta.


dosa-->taubat-->dosa-->taubat-->>dosa,dosa,dosa---->>taubaat
Beginilah skenario hidupku. Taubat dan dosa silih berganti layaknya pagi dan malam. Setiap hari aku sibuk memperbaiki taubat yang terluka karena rapuh. Dan halanganlah yang menjadikan taubat seperti tak memiliki arti. Sementara ibadah tak pernah sempurna, dan logika sering memenangkan pilihan daripada kepercayaan terhadap ajaran agama. Dalam kondisi seburuk ini aku masih tetap berharap kepada pemilik Rahman dan Rahim bahwa kehidupan setelah mati kelak tetap akan melahirkanku di surga bersama muslimin dan jajaran para ulama dan nabi.

Dalam keadaan gelap dan sendiri aku berbaring di atas sajadah seusai bertemu Allah. Kemudian logikaku berjalan begitu saja. Mungkinkah bulan Ramadhan yang penuh ampunan ini juga merupakan skenario Allah yang memang disediakan agar manusia mau bertaubat?. Setidaknya dalam setahun, muslimin punya waktu khusus untuk memperbaiki taubat. Ah, ini cuma logika. Wallahua'lam

Aku butuh segalanya untuk mempertahankan keyakinan ini agar kembali suci dan memulai doa dan pemujaan lagi.

August 11, 2011

Setia?


Kami selalu bertemu dalam keadaan niat yang belum sempat dibangun. Kenyataan dan mimpi memiliki tempat yang sama, seperti senyummu yang tak pernah bermakna apa-apa. Belakangan aku sadar, mengapa mimpi dan yang kurindukan tidak pernah searah kehendak. Aku memimpikanmu ketika kusedang merindukan orang lain. Mungkinkah lelaki memang tak pernah bisa setia dengan satu cinta? ataukah kita harus berbagi untuk melihat indahnya perasaan?.


Sungguh tak ada yang menggantikan Tuhan di hidupku. Pencipta yang senantiasa melindungi dan memenuhi segala kekurangan. Akupun tak kan pernah membandingkanmu denganNya. Tapi kadang senyummu telah mampu menjadikanku tenang seperti doa yang terkabulkan. Perasaan ini seperti musim yang selalu berubah. Dan aku penat dengan perjalan panjang yang entah sampai kapan kan berakhir. Kuingin segera berhenti untuk mencari, menerima satu cinta dan setia sebelum aku terlalu jauh mendua.


Dari sinilah awal pengertian tentang perempuan dan lelaki yang tercipta berbeda karena perasaan. Akan selalu ada waktu dimana lelaki tak akan pernah berhenti untuk mencari. Karena lelaki selalu mengharapkan lebih dari yang bisa perempuan berikan. Sementara perempuan sudah cukup dengan kesetiaan yang ia bawa dalam keadaan apapun, karena baginya kenyataan dan mimpi memiliki arti kesetiaan yang sama. Sungguh aku ingin mencintaimu dengan sempuna, dengan cinta yang sama. Tidak seperti cerita yang sedang kutuliskan ini.

July 31, 2011

Sudah 4 kali


Ramadhan telah tiba, tentu ada banyak aktifitas dan warna baru yang tidak bisa kita temukan pada hari-hari biasa. Semua ummat muslim pasti percaya bahwa ramadhan adalah bulan istimewa secara lahiriyah dan bathiniyah. Bulan penuh ampun, tentu kita tak menyangkal kebenaran tersebut dan semua orang akan melakukan perbaikan ikhtiar sesuai levelnya. Tapi lahiriyah? tak semua orang sedang/mampu menikmatinya, termasuk aku. Tanpa terasa ini sudah menjadi ramadhan yang ke-4 kalinya aku tidak berada di rumah untuk menikmati indahnya ramadhan bersama family tercinta seperti yang kebanyakan orang rasakan.

Secara lahiriyah, tak ada moment yang lebih indah dari buka puasa dan sahur bersama keluarga kemudian menjalani hari lebih damai dari biasanya. Inilah yang sedang tidak aku rasakan. Waktu 4 tahun yang Tuhan berikan terasa terlalu cepat berlalu. Seperti malam yang menjadikanya pagi. Tertidur ketika langit sedang gelap dan terbangun saat matahari sudah tersenyum. Meski secara logika 4 tahun merupakan masa yang sangat lama, tapi setelah menjalaninya itu akan menjadi sesingkat malam menuju siang.

Ramadhan atau tidak, aktifitas harianku tak ada yang berkurang sedikitpun. Setiap ramadhan selalu memiliki target tersendiri yang harus aku capai dengan caraku sendiri. Seperti tahun ramadhan kali ini, thesisku harus selesai di bab III. Tentu itu bukan hal yang sulit jika fikiran ini hanya fokus terhadap thesis, tapi tugas dari dosen yang berbeda baik secara fisik dan sikap menjadikan hal-hal sederhana menjadi sangat rumit. Belum lagi 'lingkungan' yang kadang-kadang sangat tidak kondusif. Lingkungan bisa berarti alam dan manusianya.

Tinggal di daerah yang baru menjadikan beberapa hal tidak bisa kita lakukan dengan mudah tanpa adanya orang yang sudah lama berdiam di daerah yang sedang kita tempati. Itu yang sedang terjadi. Hampir setiap semester aku menemukan kesulitan yang sama, interview company. Jelas itu sangat memerlukan energi dan waktu yang cukup lama bagiku untuk menyelesaikanya. Meski tugas untuk interview company ini adalah tugas group, tapi itu tak ada bedanya dengan tugas individu. Setiap semester aku selalu tergabung dengan group international student yang sama-sama tak ada pengetahuan mencukupi tentang daerah ini. Ini bukan kesimpulan sepihak, tapi sungguh dari 4 semester yang sudah aku jalani. Mahasiswa di sini seperti enggan untuk mengajak kami bergabung dalam tugas group. Aku ingat betul, hanya dua kali aku tergabung dengan mahasiswa lokal. Selain itu, mereka menjadi group tetap yang tak mau dimasuki oleh siapapun. Tapi akhirnya aku sadar tentang suatu hal. Benar/tidak prediksiku, mereka melakukanya pasti dengan alasan. Ah, itu masa lalu. 

"Apa kabar nak...?"
"Alhamdulillah semuanya lancar mi"

Awal pembicaraan setelah salam yang selalu sama. Aku pernah berjanji akan selalu mengusahakan untuk pulang dan menunaikan idul fitri di tengah-tengah keluarga. Dan itu yang sedang kami bicarakan. Aku baru sekali pulang, dan sepertinya tahun ini akan kembali tidak pulang. Secara schedule yang ada, aku memang tak punya kesempatan untuk pulang. Secara etika, aku masih memenuhi janjiku. Ummi hanya tertawa mendengarku memberikan alasan.

"Ummi juga ga pernah menagih janjimu nak. Tapi kalau ada kesempatan kapanpun itu. Pulanglah"

Mungkin keluargaku termasuk golongan orang-orang yang bertoleransi tinggi terhadap segala hal selama masih sesuai syariat. Semakin tua, aku semakin tidak memiliki kesempatan untuk sahur-buka puasa dan shalat ied bersama keluarga. Sungguh aku baru sadar bahwa susunan kata tersebut baru aku sadari ketika kuulangi untuk kedua kalinya. Aku menjadi kesulitan untuk tersenyum dengan siapapun untuk beberapa waktu. Jelas ini adalah kata yang memiliki makna yang cukup dalam jika ditafsirkan. Sejenak aku terdiam, dan mungkin ummi sadar bahwa kata-katanya sudah menjadikanku berhenti untuk bercanda. 

"Mungkin nunggu kamu berkeluarga dulu, baru bisa bergabung bersama kami di sini"

Haha, ada-ada saja.

July 26, 2011

Islam itu indah, meski tak selalu mudah


Langit Malaysia semakin panas, sopir taxi bilang karena sudah kebanyakan dosa. Aku tersenyum saja dan membiarkan beliau berargumen sepuasnya tentang negara yang sedang kusinggahi ini. Sebenarnya aku sama sekali tidak tertarik untuk berkomentar atau menanggapi semua atau bahkan salah satu kalimat sopir taxi di sampingku ini. Tapi supaya terkesan mendengar apa yang beliau sampaikan, seharusnya aku menanggapinya.

"Di mana-mana yang namanya dosa sama saja, yang membedakan hanyalah bagaimana kita menanggapinya."

Sejenak beliau terdiam dan semakin memacu mobil lebih kencang dari sebelumnya. Dalam keadaan masih terlihat santai beliau kembali menanggapi apa yang kusampaikan.

"Tapi saya heran, dosa terlihat selalu lebih banyak? pasti saya masuk neraka dulu sebelum menuju surga"
Pernyataan paling sering aku dengar dari berbagai kalangan.  Dan aku masih dengan jawaban yang s
ama untuk semua orang yang menanyakan hal ini. Tak ada yang perlu kita kalkulasi banyak-sedikitnya dosa yang sudah kita lakukan. Kemudian beliau kembali bertanya tentang apa yang harus dilakukan? masih seperti skenario yang sudah berkali-kali kutemukan. Sama saja. Mungkin di bahasa saja yang berbeda.

Ya, tak ada yang lebih penting dari sesuatu yang sudah kita lakukan kecuali untuk melupakanya. Karena kehidupan adalah hari ini, sementara kemarin adalah masa lalu yang seharusnya tidak mengurangi jatah kita hari ini. Besok? masa depan yang belum jelas. Biarkan saja semuanya menjadi mimpi yang belum pasti. Tak ada yang perlu kita khawatirkan. Ini hanya pemikiran sederhana yang tak semua orang mau menjalaninya. Tapi yang jelas beginilah cara nabi hidup di zamanya.

________________________________

Ini cerita lain, tapi masih terjadi hari ini. Management Information System, itulah nama subject yang aku datangi saat hari sudah menjelang malam. Hari ini ada presentasi tokoh islam yang berperan terhadap teknologi di zaman ini. Setiap group yang ada sudah dengan jelas menyampaikan tentang sumbangan apa yang bisa para tokoh islam sajikan untuk memudahkan kita di tahun 2011 ini. Tapi ada satu pertanyaan yang cukup membuat aku tersenyum geli mendengarnya. Tanpa mengurangi rasa sopan terhadap penanya yang kebetulan adalah dosen, aku cukup mengacungkan tangan ingin menanggapi.

Pertanyaanya begini, kenapa orang-orang di zaman dulu bisa menguasai banyak bidang padahal resource yang mereka dapatkan tidak lebih baik dari yang kita rasakan sekarang?

Tokoh-tokoh yang kami pilih memang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya. Mereka kami haturkan dalam bentuk presentasi sebab merekalah bagian dari sejarah yang sedang kami nikmati hari ini. Mereka manjadi tokoh di zamanya, dan akan tetap menjadi sejarah selama masih ada pelajaran sejarah di bangku sekolah. Zaman sekarang bukan tidak ada yang memiliki prestasi hebat dan patut diperhitungkan, tapi masalahnya mereka-mereka adalah orang yang hidup di zaman dimana kami masih hidup. Mungkin mereka akan menjadi sejarah bagi anak cucu kita nanti kalau bumi ini belum kiamat. Jadi secara logika kita tidak bisa membedakan zaman dulu dengan sekarang dalam sisi kemampuan/skill manusia. Selalu ada tokoh di zamanya.

Merasa tak cukup puas dengan yang aku sampaikan, beliau langsung berargumen bahwa system pendidikan yang kita rasakan hari ini adalah hasil dari orang-orang barat. Yang mengkotak-kotakkan course dan subject apa yang harus diambil untuk mendapatkan ijazah. Kemudian membatasi apa yang bisa kita lakukan untuk menuntut ilmu.

Oh...Sebentar, kalau berbicara seperti ini di hadapan para muslimin mungkin tak ada yang protes. Aku juga muslimin, tapi aku tidak mau menanggapi untuk membenarkan karena aku muslim. Ini masih tentang bagaimana kita membuat analisa dari sesuatu yang kita dapatkan. Jelas ini tak pernah mudah untuk memungkiri ajaran islam yang sudah Allah turunkan sempurna. Terlepas argumenku kali ini adalah bagian dari dosa atau pahala, aku yakin Allah mengerti apa yang aku maksudkan dari komentarku yang tak sempat aku sampaikan karena semua mahasiswa sepakat dengan dosen tersebut. Sepertinya ini akan menjadi diskusi panjang kalah aku harus benar-benar menanggapi pernyataan beliau. Tapi, aku tidak pernah punya satu pintu untuk melakukan sesuatu. Dengan santai aku bertanya, "kenapa dosen anti product orang barat?"

to be continue.....................

July 20, 2011

Menjauh

Ini sudah terlalu lama, dan jalan ini sudah sangat jauh. Jika aku pelaut yang sedang berlayar, maka sekarang aku sudah kehabisan bahan bakar sebelum menemukan benua. Pilihan menjadi sangat tidak berarti karena kemungkinan untuk meneruskan hidup sudah berada di luar logika. Meski sampai saat ini aku masih berusaha dengan harapan pertolongan akan segera datang, atau Tuhan akan berkehendak lain.

Besok atau lusa akan sama saja, waktu akan datang tepat sesuai ketentuan. Sementara kuasaku untuk merubah taqdir sudah tak semudah dulu. Ada satu hal yang belum kuselesaikan, tapi sepertinya aku harus tidur dulu dan meninggalkan aktifitas harian.

July 10, 2011

Kenapa kita harus lebay?


Lebay adalah sifat melebih-lebihkan
Tulisan ini cuma untuk mereka yang sedang merasakan nikmatnya kasih sayang dari Tuhan secara umum, dan bagi yang sedang fall in love khususnya. Sebelum saya menulis lebih banyak tentang pengertian lebay dan cinta, ada sedikit yang harus saya tekankan bahwa Tuhan yang kita percayai pasti sangat kita cintai. Pasti. Dalam kondisi yang berbeda kita selalu datang dan meminta, atau bahkan kadang mengeluh dan menyelipkan curhat (curahan hati) di beberapa doa setelah shalat. Dengan atau tidak kita sadari, semua manusia pasti sangat mencintai Tuhan lebih dari apapun. Tapi tak semua orang menyadari bahwa dia sangat mencintaiNya.

Sebenarnya aku sudah tak ragu lagi dengan arti cinta yang sebenarnya. Sempurna dan indah. Setiap insan terlahir dengan cinta yang berbeda, kemudian lingkungan mendidiknya untuk bertahan dan setia. Sementara lebay dan gombal adalah bagian dari keharusan yang mampu menjadikan kehidupan ini lebih indah dari sebelumnya. Karena tujuan akhir dari mencintai adalah berlaku logis untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Perasaan yang Tuhan berikan ini tak akan pernah selesai dan berlabuh pada jiwa yang sederhana, jika dari awal kita mencari seorang teman hidup untuk menua bersama. Dan jika ini benar, maka tak ada benua lain di perjalanan ini kecuali dirinya. Meski secara hukum dan syarat kita belum benar-benar menjadi pemilik tetap.


(Padahal besok ujian, masih sempat-sempatnya berlebay ria, haha)....So pesan saya untuk teman-teman blogger, kalau kau benar-benar mencintai, berlakulah lebay. Kalaupun kau bukan orang-orang yang terbiasa berkata dengan susunan kata indah, belajarlah dan coba. Karena salah satu bagian yang harus kita lakukan saat mencintai adalah melakukan hal-hal yang tidak biasa kita lakukan, dan kalau kita belum bersedia untuk melakukanya, maka kita belum benar-benar merasakan cinta. Lantas apakah kita harus lebay dengan Tuhan? wah pertanyaan ini cukup riskan untuk dijawab. Tapi kalau saya tak punya pilihan lain kecuali untuk menjawab .....(Semoga ini tidak termasuk dosa ya Allah )Terlepas dari jawaban ya/tidak yang jelas cinta itu lebay, melebih-lebihkan. Karena kalau tidak, itu tak akan terlihat istimewa dari yang lain. Berlakulah lebay agar jiwa yang kau cintai mampu melihatmu "lebih" dari biasanya dan tidak sesederhana kenyataanya. Dan hidup ini akan terlihat lebih indah jika kita mau berlaku sedikit lebay.


Tapi yang jelas jangan "terlalu" lebay, karena semua kata yang diawali dengan kata "terlalu" akan menjadi tidak baik. Termasuk terlalu baik. :)

July 7, 2011

Kunci hatiku




Setiap perasaan selayaknya dibalas dengan hati yang suci... 

Saat kau datang padaku 

Aku tidak keliru 

Aku seolah yakin tentang jawapan yang pernah kuberikan 

Pesona cintamu telah dapat kurasakan 

Sentuhan jiwamu telah membuat kalbu ini terbuai 

Dengan kata asmara yang pernah kau persembahkan 

Aku yakin kini

Tiada yang lain 

Hanya satu

dan sebenarnya... 

Kau lah yang memiliki kunci hatiku... 





Posted by Picasa

July 4, 2011

Aku, kau dan dia#2


Ini masih tentang aku, kau dan dia. Hari sudah mulai senja, tapi peperangan bathin ini belum bisa berakhir dengan sempurna. Meski besok Tuhan masih akan memberikan kesempatan lagi untuk kutetapkan sebuah pilihan, aku tak yakin apakah hari akan secerah yang kami harapkan. Semalam dia bertanya apakah kau tau bahwa sebelum kau, dia sudah lebih dulu berada disampingku? aku jawab ya. Seperti yang kau bilang sebelumnya. Kemudian dia bertanya lagi, apa yang kau katakan setelah itu? aku jawab "Itu masalahmu. Yang bisa kulakukan adalah memilihmu sebagai orang yang kucintai. Kemudian pilihan kembali terserah padamu" persis seperti yang kau bilang.

Bagiku, cerita ini harus segera berakhir dengan masa depan. Kau dan dia sama-sama tau sudah sampai mana perjalanan ini kita lalui bersama. Kalau jalan akhirnya kita bertiga harus satu atap, kuharap kau dan dia bisa tetap tersenyum seperti sebelum kalian mengenalku. Atau, aku harus mundur secara teratur dari penokohan ini.

July 1, 2011

Aku, kau dan dia


Aku tak tau sejak kapan kau berada disini, wajahmu seperti sudah kelelahan menunggu. Keberadaanmu selalu membuatku tersenyum tanpa alasan. Tapi sungguh ini telah menciptakan pilihan baru dan berhasil menguasai fikiranku. Kau selalu menjadi tokoh utama dalam mimpi-mimpi malamku. Tapi dia? masih menjadi bagian terpenting yang selalu bisa kuharapkan. Aku tau kau tak pernah berniat untuk mencintaiku. Tapi setelah waktu menjadi penghubung, kau dan aku tak mampu menafsirkan maksud dari semua ini kecuali dengan satu kata yang seharusnya tak pernah ada. Jujur aku penat untuk bersinggah di perhentian yang berbeda. Aku hanya ingin satu tempat yang mampu mendidikku mengerti dan menghargai kesucian cinta. Kau dan dia datang di saat ga tepat dan mengisi kekosongan hidupku di dua tempat berbeda. Sementara aku, seperti terlahir sebagai pecandu untuk menyentuh hatimu. Dan dia, masih berdiri menunggu kembali entah sampai kapan.

Aku ingin memilih keduanya, atau tidak sama sekali. Meski dengan begitu, akan ada dua hati yang harus terluka karenaku. Kalau besok masih akan ada lagi hati yang memintaku untuk disakiti, aku tak tau harus kemana lagi kucari arti kata setia. Mungkin cinta hanyalah milih Tuhan sang maha penguasa, sementara manusia menjadi peran pembantu yang sama sekali tidak penting bagi kehidupan.

CONTEST BEST HEADER EVER!!!

Baru aja liat kontest best header punya temen, ya boleh la ngikut nimbrung mendukung contest ini. Sebenarnya sudah sangat terlambat, tapi ya tak apa lah. Masi sempat ini....hehe
ini tulisan yang saya copy paste dari yang punya blog 
1. Buat entry yang bertajuk: CONTEST  BEST HEADER EVER!!!
2. Letak banner contest ni kat entry anda dan digalakkan untuk letak banner contest kat sidebar korang
3. Paling penting..letak banner blog anda kat entry tu..(di bawah banner blog ni)
4. Kemudian.. untuk sentiasa update gan perkembangan contest ni..digalakkan follow blog ni=D
5. Tu jer .. Tinggalkan link di ruangan entri ini ..  TOLONG POST SEKALI JE URL TU YER ! 

tarikh tutup: 1 JULAI 2011

berhubung saya punya banyak header, ya ini saja lah yang saya taruh.





June 30, 2011

simple


Cukup lama juga ga ada postingan baru di blog ini. Kali ini aku mau berkomentar tentang salah satu teman blogger yang pernah menuliskan sesuatu tentang hubungan anak dan ayah. Inti dari tulisan tersebut kira-kira begini:
Jika suatu saat kamu memiliki pilihan yang berbeda dengan pilihan orang tua, maka pilihlah apa yang orang tua pilihkan untukmu. Dalam bahasa yang sederhana begini : kamu mau kuliah di US, tapi orang tua mau kamu kuliah di sekitar ASIA aja, maka kamu harus ikut apa kata orang tua.

 Cukup simple dan mudah difahami karena logis untuk diikuti. Ada beberapa hadits sohih yang berkenaan dengan kesimpulan diatas dan aku sangat percaya kebenaranya. Sepengetahuanku, seorang penulis akan menuliskan sesuatu karena tiga faktor. 1.pengalaman sendiri 2.pengalaman orang lain 3.mimpi dan ide. Tulisan yang kubaca tentu bukan seperti yang aku contohkan di atas. Antara pilihannya untuk kuliah di US, atau pilihan orang tua untuk kuliah di sekitar ASIA. Lebih tepatnya masalah pernikahan, dengan judul
"perkawinan antara pilihan anak dan ibu bapa"

Kalau ini ditulis atas dasar pengalaman seseorang, pasti cukup sulit bagi yang sedang menjalaninya. Tapi aku tidak mau membahas lebih lanjut atau berkomentar tentang tulisan tersebut. Aku cuma mau bercerita bagaimana orangtuaku membiarkan dan menyerahkan semua keputusanya padaku. Suatu hari aku pernah datang bertanya pada orangtua yang selalu menghabiskan waktu sore bersama adik-adik di teras rumah.

"Bagusnya kuliah dimana ya?"
Dengan tatapan datar ayah menjawab "Ayah ga tau nak, di manapun yang menurutmu bagus. Ayah setuju aja"

Bukan sebatas masalah kuliah, ada banyak hal yang aku tanyakan dalam waktu yang berbeda. Tapi Ayah dan Ibu masih dengan skema jawaban yang sama. Sejak kecil aku memang selalu disuruh memilih dan berfikir sendiri. Dulu aku pernah sekolah di madrasah ibtidaiyah, sekolah yang berlangsung setelah shalat duhur, tepat setelah sekolah formal selesai. Sejauh 4 km aku tempuh dengan memboncengi sepeda teman satu sekolah. Tapi itu tak berlangsung lama, aku memutuskan untuk berhenti dan beraktifitas di rumah karena merasa terlalu penat. Waktu itu Ibu dan Ayah cuma bilang "iya ga papa, yang penting sekolah dasar (SD) tetap masuk"

Setelah lulus, aku masuk pesantren (Al-amien). Tahun pertama dan tahun kedua adalah tahun yang sangat menyakitkan bagiku. Tak ada keinginan terindah kecuali kembali pulang ke rumah dan bebas lepas beraktifitas. Waktu itu, dalam masa satu bulan aku pulang ke rumah lebih dari 4 kali. Aku sangat tidak betah di pesantren yang penuh aturan dan hukuman.

"Kamu mau berhenti nak?"
"Nggak Bu"
"Kenapa pulang terus? kalau mau berhenti ya silahkan, cari sekolah yang menurutmu bagus. Ibu dan Ayah cuma bisa mendukung dengan doa dan materi (biaya)"

Aku tak punya jawaban logis untuk diungkapkan. Dan sejak saat itu aku tak pulang lagi kecuali liburan. Aku berusaha sekuat mungkin bertahan Waktu itu aku sadar kalau di pesantren tersebut aku akan dapat banyak hal dibandingkan sekolah di luar. Tapi tekanan dan aturan menjadikanku stress sebelum waktunya. Aku tak punya rencana untuk keluar saat itu, karena pilihanku memang jatuh di pesantren tersebut sejak kecil dulu. 

Ketika aku hendak kuliah dan mendaftar di beberapa universitas terkemuka di Indonesia, aku masih bertanya lagi pendapat orang tua. Sebaiknya aku kuliah dimana? tapi jawabanya tetap saja sama. Semua terserah padaku. Aku memiliki banyak teman yang terdidik sejalan dengan kehendak orang tuanya. Dari yang paling kecil sampai yang paling besar. Contoh simplenya adalah orang tua menyuruh anaknya untuk masuk ke suatu universitas dengan jurusan yang dikehendaki oleh orangtuanya. Aku yakin ada banyak orang tua seperti itu. Tapi itu bukan orangtuaku.

Di lain kesempatan, aku kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. "Yah, enaknya kuliah dimana ya?" dengan diawali setengah tertawa Ayah cuma bilang "Ya terserah kamu nak, Ayah kan ga tau". Aku masih tak percaya kalau Ayah tak tau menahu tentang pendidikan. Dengan pengalaman dan relasi yang pastinya lebih banyak dariku pasti Ayah dapat banyak informasi.

"Tapi Ayah kan banyak pengalaman, temanya juga banyak"
"Memang, tapi Ayah takut salah. Kalau Ayah nyuruh kamu untuk kuliah di universitas A, kalau suatu saat disana kamu ga betah atau ngerasa ga bagus. Kan Ayah yang salah. Yang tau bagus atau tidak itu cuma kamu sendiri, karena kamu yang akan menjalaninya. Kan yang mau kuliah kamu nak, bukan Ayah. Meskipun nantinya pilihanmu salah, kamu ga bisa menyalahkan Ayah atau Ibu. Hidup ini belajar untuk menerima kegagalan dengan tidak menyalahkan orang lain"
Aku masih terdiam saat itu, tak menyangka Ayah akan memberi pengertian yang cukup sederhana. Dalam keadaan mencerna kata-kata Ayah, beliau kembali bersuara "Niat Ayah dan Ibu sederhana sekali nak, kami hanya ingin kamu dan adik-adik melakukan apa yang kalian inginkan dalam hidup. Dan karena setiap sesuatu ada harganya, Ayah dan Ibu cuma bisa menolong untuk mendanai dan berdoa. Lagipun Ayah ga pernah kuliah" ungkapnya diakhiri senyum

"Yang Ayah dan Ibu bisa lakukan cuma ngasi uang kalo kamu butuh, berdoa setiap hari supaya kamu sehat. Kalau masalah pilihan, itu hidupmu dan itu pilihanmu. Sebab kamu yang akan menjalaninya"
"Tapi Ayah dan Ibu kan lebih dekat dengan Allah, pasti punya pilihan lebih baik dalam segala hal" jawabku.
"Lantas apa gunanya Allah memberimu akal fikiran dan perasaan, kalau kehidupanmu sudah Ayah pilihkan?"

Entah kebetulan atau tidak, orangtuaku tak pernah melarangku melakukan sesuatu. "Kalau kamu merasa mampu, silahkan". Sederhana sekali....