January 26, 2011

they just surprised me

audah, iki, sidqi
Kalau ada orang bertanya pada kami, atau kepada orang yang mengenal kami. Maka semua kita tak pernah menyangka kalau suatu hari kami akan bertemu di Malaysia. Sebenarnya ini sebuah cerita besar dengan perjalanan yang cukup panjang penuh tawa dan tangis airmata. Tapi aku coba untuk menyampaikannya sudah dalam keadaan ringkas untuk dimengerti. Aku terlahir sebagai orang Madura, ibu bapakku asli madura. Sumenep tepatnya. Mungkin aku sama seperti kebanyakan anak-anak, lahir dengan selamat kemudian berkesempatan untuk belajar, masih di daerah madura. Sekolah dasar kuhabiskan di daerah sekitar rumah, dilanjutkan dengan pesantren Al-amien selama 6 tahun. Disana kubertemu dengan siswa dari berbagai wilayah seluruh indonesia. Sabang sampai merauke. Aku cukup senang dan bahagia, meski sedih dan perasaan tak betah juga hadir menemani perjalananku kali ini.

6 tahun kutempuh dengan sempurna, meski nilai di ijazah cukup mengecewakan. Tapi itulah hasil murni yang kumiliki secara teori. Setelah lulus, aku menjalani masa-masa pengabdian di bekasi. Sungguh aku tak pernah menyangka akan mengajar di pesantren milik salah satu ayah dari siswa Al-amien. Satu angkatan, yang pasti aku kenal orangnya. Di pesantren ini, aku cukup banyak menemukan tantangan yang tak pernah kutemukan ketika masih menjadi santri di Madura. Pelajaran yang cukup mahal dan memakan emosi. 6 bulan kutempuh dengan sempurna, lagi-lagi nilaiku tak terlalu bagus. Tapi kali ini bukan nilai akademik, melaikan nilai kinerja selama menjadi staf di pesantren tersebut, bekasi. "Dan itulah kenyataan, selalu bersebrangan dengan keyakinan" kata-kata ini yang selalu diungkapkan teman seperjuanganku, menemani masa-masa pengabdian. Edo.

Begitu selesai, kulangsung memberanikan diri untuk melangkah keluar dari negara ini, Malaysia. Meski sebenarnya negara idamanku adalah prancis, aku selalu berdoa ini adalah sebagian langkah awal yang harus kutempuh. Dua tahun seperti tak terasa, begitu cepat dan aku sudah semakin tua. 20 tahun, umur yang seharusnya sudah banyak memiliki pengalaman, itu tak terjadi padaku.

Ada banyak kegiatan, kampus atau nonkampus. Ada banyak orang yang kutemui, kali ini dari berbagai negara. Bukan dari berbagai provinsi di Indonesia. Sebab kubelajar di International University. Tapi ada beberapa orang yang sebenarnya aku tak percaya akan betemu disini, Malaysia. Mereka adalah anak-anak dari pemilik pesantren tempatku mengajar dulu, bekasi. Ditambah lagi bertemu langsung pimpinan pesantren tersebut di bandara. Meski tak lama, tapi aku betul-betul tak menyangka akan bertemu mereka disini. Aku cukup beralasan untuk tidak menyangka hal ini akan terjadi. Sebab salah satu siswa Al-amien, anak dari pimpinan pesantren tempatku mengajar (bekasi) sebelumnya sudah berangkat ke Yaman. Sungguh tak ada logika yang akan mengantarnya ke Malaysia, tempatku belajar. Tapi ada satu orang yang sangat  membuatku surprise. Sidqi, aku pernah menjadi pembimbingnya di pesantren dulu, aku tau bagaimana sifat dan gaya bicaranya. Yang semuanya tidak aku temukan saat ini, haha....lebih dewasa dan kalem.

mungkin logiki masih bisa kita pakai, tapi rencana Tuhan tak pernah memiliki undang-undang logika.

ya...sampai sini dulu ceritanya, aku banyak tugas akhir yang belum selesai. Ini salah satu bentuk kumenghilangkan beban tugas yang begitu banyak dan numpuk. udah kayak cucian dah.....

No comments:

Post a Comment