May 22, 2011

Kehidupan tidak selalu adil

Menyedihkan sekali memang jika kita harus menerima hasil akhir yang biasa-biasa saja atau bahkan gagal dari sesuatu yang kita usahakan sejak lama. Masa depan belum selesai, karena saat kurencanakan sesuatu akan ada kenyataan yang berbeda meski juga akan ada yang sesuai prediksi. Contoh kecil yang kualami sendiri adalah hasil akhir yang sangat mengejutkan. Di beberapa subject tertentu aku sangat merasa yakin akan mendapat nilai yang memuaskan, itu mengacu usaha yang memang sengaja kumaksimalkan dibanding dengan subject yang lain. Tapi nyatanya yang kudapatkan tetap biasa saja, average. Dan di beberapa subject tertentu aku memang tidak terlalu berambisi besar untuk mendapatkan hasil maksimal, mengingat sulit dan banyaknya cakupan pelajaran yang dibahas dalam satu semester. Ditambah lagi dengan minimnya usaha menjadikan targetku tak terlalu berlebihan, tapi hasil akhir yang kuterima benar-benar di luar dugaan. Beberapa subject yang kufikir akan mendapat nilai buruk pada kenyataanya melambung setinggi-tingginya.

Begitulah kehidupan, salah satu teman senegaraku menerima beasiswa entah darimana, Muhammad. Padahal tidak ada faktor pendukung yang bisa dijadikan kepantasan baginya untuk menerima beasiswa. Nilainya tak terlalu bagus, prestasinyapun tak ada sama sekali. Secara keseluruhan, tak ada yang istimewa dari temanku yang satu ini. Pertanyaanya menjadi jelas, kenapa dia mendapat beasiswa??. Jawaban paling logis mungkin adalah 'LUCKY'.

(Sebelumnya aku minta maaf Tuhan) Hanya karena masa depan belum selesai, kadang aku berfikir kenyataan dan kehidupan tidak akan selalu adil di waktu yang sama. Jujur aku sangat kaget dengan Muhammad yang tiba-tiba menerima beasiswa. Lebih tepatnya kaget plus iri, Muhammad yang secara keuangan sama sekali tidak ada masalah dan bisa dikategorikan sebagai orang kaya bisa dengan mudahnya menerima beasiswa. Apalagi usahanya mencari beasiswa tak terlalu memakan waktu lama. Jelas ini tidak adil, karena ungkapan "yang kaya makin kaya, yang miskin makin miski" menjadi kenyataan yang benar saat ini. Kalau dia mendapat beasiswa full mengapa aku tidakk? padahal dari beberapa faktor kelayakan seperti nilai dan ekonomi lemah seharusnya akulah yang berhak untuk mendapatkanya. Apa mungkin aku tidak berusaha?? usahaku sangat jelas lahir bathin, hampir semua info beasiswa yang kuterima sudah kucoba. Jika Muhammad berdoa, akupun berdoa untuk hal yang sama. Tapi mengapa hasil akhir lebih berpihak pada dia? (Sekali lagi aku mohon maaf Tuhan).

Dengan berusaha keras dan faktor pendukung yang jelas bukan berarti kita akan otomatis menerima balasan setimpal yang sesuai dengan perdiksi kebanyakan orang. Kelayakan itu hanya teori terbalik yang tidak bisa diterapkan setelah kenyataan memberi keputusan.

"Kak, aku ga lulus" sapa salah satu santriwatiku di Bekasi dulu. Kita memang sering berkomunikasi melalui facebook sekedar cerita, curhat atau konsultasi dengan berbagai pertanyaan.
"Ya sudah cari ujian masuk universitas yang lain aja"
"Padahal aku yakin banget lulus, temanku aja yang belajarnya biasa-biasa aja, nilainyapun tak bagus bisa lulus"

Ok, sepertinya kenyataan tidak akan pernah adil bagi mereka yang merasa dirugikan. Tapi bagi mereka yang beruntung hanya akan berkata "Waah, ga nyangka lulus juga".

Kesimpulan sederhana dariku adalah, yang paling kita butuhkan adalah keberuntungan yang tak semua orang bisa dapatkan. Meski nilai bagus, usaha maksimal, berdoa dan faktor ekonomi yang menjadikan seseorang pantas untuk mendapatkan beasiswa itu bukan jaminan dia akan mendapatkan beasiswa tersebut. Sama seperti salah satu santriwatiku yang sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin, masih saja tidak bisa masuk Universitas yang diinginkan. Malah teman sekelasnya yang konon tak terlalu berambisi masuk, dengan persiapan yang sederhana ditambah lagi nilai UN (ujian nasional) yang sudah beda kasta ternyata bisa masuk Universitas idamanya.

Tapi masa depan belum berakhir, seperti yang kukatakan sebelumnya "kenyataan dan kehidupan tidak akan selalu adil di waktu yang sama". Artinya: kadang kita tidak akan mendapat balasan setimpal dari segala usaha yang kita maksimalkan, karena masih ada hari esok bagi Tuhan untuk menepati janjiNya.

No comments:

Post a Comment