mengais kata demi sebuah cerita, membayangkan tentang sebagian belenggu telah hilang bersama arus angin yang kian gulita. menyebar lalu berpisah saat awan tak lagi putih. kemudian menggema walau tak lagi mampu berbahasa dengan kata-kata. meski untuk sekedar mengatakan "iya". aku memang pernah punya rasa, layaknya manusia biasa. tapi tak ada kata benci untuk ku ucapkan padamu, yang ada mungkin kurang suka. karena aku tau, tak pernah pantas untuk membencimu. dan memang tak akan pernah mampu untuk sekedar mengucapkannya, walau dalam hati. detik ini, aku tak punya impian lagi selain menemuimu. walau hanya untuk beberapa detik, sekedar menyapa "hai..." dan "sehat?" walau dalam hati dan pikiranku sama, menginginkan hal yang lebih dari itu.
pertemuan seakan terlalu jauh, meski kita di tempat yang sama. terlalu sulit, walau kenyataannya kapanpun aku mampu untuk menemuimu bahkan untuk sedikit memaksa. tapi perasaan memiliki hak untuk di hormati. akan terlihat naif sekali jika aku harus memaksamu. sehingga suatu ketika aku merasa jarak tak pernah menjadi masalah. di manapun bumi yang kita pijak, semuanya se akan sama. tapi sejenak saja kata-kata itu mulai menemui cermin berukuran besar.
"aku mo balik ya..."
sebenarnya tak ada yang beda. tapi angin malam itu terasa berkumpul untuk sebuah rapat, mungkin tentang perasaanku. tapi aku tetap mengirim senyum padamu.
"hati-hati ya sayang..."
aku sangat tau matamu tak kan pernah menjangkau dan melihatku saat itu. saat itulah aku tau kata-kata ku salah, dan mungkin harus di perbaiki. walau warna bajumu tak pernah terlihat, keberadaanmu tak pernah pas di sampingku. ternyata aku telah cukup mampu menempel sebagian perasaan di dinding-dinding malam.
kau seakan mudah bergerak bahkan untuk meninggalkanku. sementara aku tak pernah tau hakikat perasaan itu juga memiliki hak untuk di siram lalu di beri pupuk. mungkin suatu saat perlu ada angin dan hujan untuk menciptakan pelangi. tapi awan tetaplah waktu. di mana tuhan telah ber-abad-abad lamanya memberikan nilai yang sama padanya.
ini bukan masalah waktu yang dulunya tak pernah ku percaya. ini tentang kau dan tuhanku. kau yang merencanakan, dan rencana tuhan tentang jatah hidup yang di berikanNya. sementara dengan kerendahan hati ini tak pernah mampu merencanakan, sehingga mungkin terlihat sedikit lemah dan mudah untuk jatuh. yang sekarang kau lihat adalah kaktus di tempat yang sangat sempit dan terbatas tanah. sehingga untuk hidup, telah terlambat dan sebaiknya mati.
setiap pertemuan pasti akan terpisah, dengan rencana tuhan ataupun melalui rencana manusia. dan ini pasti benar "yang tau kapan kita akan berpisah hanya kau dan tuhanku". seakan tak ada lagi huruf yang ku temukan di lantai hati ini untuk kemudian di rangkai. bahasa kita memang berbeda, jika suatu saat nanti waktu tak lagi bersama untuk di jalani. maka aku akan tetap berdiri. ya....hanya ada dua : kau dan tuhanku, karena aku tak pernah berfikir untuk meninggalkanmu.
kalau saja kau melihatku menangis, mungkin akan sedikit lebih sedikit puitis dari kalimat yang kau baca ini.
mungkin, aku telah mencintaimu....bahkan sebelum aku tau huruf C, huruf I, huruf N, huruf T dan huruf A. lalu memiliki suara untuk mengucapkannya.
No comments:
Post a Comment