July 23, 2010

mentari sebelum subuhku

baru saja perempuanku melangkah sedikit keluar menjauh dari hidup ini. memang bukan tujuannya untuk keluar, sekedar untuk menuruti keinginan rasa yang telah lama tak bertemu sang ibu. tentang rindu yang harus segera terjawab. dia sudah pergi, dan dua hari lagi baru akan kembali. ini seakan membuat malamku tak lagi berbulan dan pagiku tak bermentari, sehingga saat hujan telah merangkak pun pelangi tak pernah muncul dengan sempurna.


=============================================
aku duduk di serambi rumah sakit, dengan satu kaki kanan di lipat ke atas dan memegang buku bersama  tumpukan kertas penuh dengan tulisan. di tengah riuh suara, aku tetap tak mempedulikan lingkungan baruku, diam termenung dengan tatapan ke arah perempuan di balik kaca yang tengah hamil, istriku. dia telah keluar dari ruang pemeriksaan dengan raut muka lebih ceria dari sebelumnya. melihatku masih termenung di tempat, dia menarikku dengan senyum.
          "gimana? udah selesai?"
          "udah...pulang yuk" pintanya sambil menyatakan cahaya di matanya.

aku berjalan searah dengan perempuanku, bersama adik dan nenek yang paling di cintainya. tapi, ada satu orang lagi yang bersama kita, perempuan yang belum pernah aku lihat sebelumnya dan lelaki jangkung tinggi....ah ntah siapa lelaki ini, yang jelas aku tidak suka. di samping sifat yang arogan dan selalu mencari perhatian banyak orang, aku lihat dia sedikit lebih selfish dari lelaki dewasa yang ku jumpai. 
          
          "eh...njing.....!! jangan belagu lw ye" benar-benar lantang dan tajam untuk merusak pondasi kesabaran, lengkap dengan telunjuk dan tatapan mata nanar amarah kenerakaan. mendengar suara beremosi sempurna, orang yang di tujupun menjawab dengan tatapan mata hingga keduanya bertemu dalam satu amarah. tanpa menjawab dengan kata, satu pukulan sudah cukup membuat keduanya berdarah.

melihat kejadian yang begitu cepat, orang-orang di sampingku sudah bersiap untuk melerai ke arah keduanya. tapi aku memilih membiarkan keduanya terus berdarah, hingga mati kalau perlu, aku ingin memberikan kepuasan pada keduanya.
          "sudah...sudah, baik kita pulang, keduanya hanya ingin mengenal satu sama lain" ucapku pada adik ipar dan nenek yang yang seakan ta percaya dengan drama perkelahian tersebut. tapi mereka tetap saja melangkah ingin melerai, dengan tangan yang telah Tuhan berikan, aku rangkul ke tiganya untuk berjalan meninggalkan tempat tersebut. dan akhirnya mereka menurutiku setelah dua pasang matanya melihat polisi sudah bergegas turun dari mobil khasnya.

aku menyuruh mereka sedikit berlari agar semakin jauh dari keramaian dan menghindari introgasi yang pasti akan memakan waktu lama.
            "cepetan yuk" akhirnya mereka beraksi, kini tinggal nenek yang tidak bisa lagi menambah kecepatan langkanya, aku yang maklum segera menggendong dan membawanya lebih cepat dari langkah sebelum itu.

entah berapa kilo meter langkah kaki ini telah tertempuh, hingga keringat telah setia menemani kami. dan ku panjatkan syukur setelah melihat pintu rumah itu masih tertutup rapi. mungkin tiga puluh langkah lagi kami akan sampai, gumamku.

==================================================
never say never.....See I never thought that I could walk through fire. I never thought that I could take the burn. I never had the strength to take it higher, Until I reached the point of no return.

And there's just no turning back, When your hearts under attack, Gonna give everything I have, It's my destiny.

yah...alarm sudah berbunyi, ini pasti sudah pukul 04 : 40 waktu malaysia, mataku tak seperti biasa yang selalu memilih tidur lagi menunggu subuh tepat pukul 6:00, ntah kenapa. mungkin tentang mimpi yang tak aku tau maksudnya. benar-benar mimpi yang panjang, hingga tulisan ini di tulis aku masih mengingat ingat....sebenarnya mimpiku benar-benar panjang, seakan tak ada waktu yang tersisa di dalamnya untuk beristirahat, semua detik yang ku punya telah menjadi mimpi yang sempurna. dan aku belum tau apa maksud dari semua ini. semuanya terlalu jauh, karena aku belum beristri, apalagi menghamilinya. ah....mungkin dia benar-benar akan menjadi istriku kelak. amien..

No comments:

Post a Comment