August 31, 2010

setingkat di bawah israel



hasratku terlahir untuk menantang segala rintangan akan hakekat kehidupan, tentang kesedihan dan kesendirian, pengakuan dan kepasrahan yang sepatutnya tak layak ku lakukan. Tapi aku benar-benar ingin mengabdi pada pemahaman yang telah ku temukan. Dengan segala beban dan penghinaan seperti yang telah ku terima saat ini. Kadang emosi dan fikiranku pernah tak searah, karena menerima bagiku bukanlah pilihan.
Kesempatan telah mengantarku pada suatu kisah baru, tentang cerita yang sebenarnya tak ingin ku rasakan. Aku ingin menyeru pada Tuhan tentang apa yang ku rasakan. Walau sebenarnya Dia telah tau sebelum ku tuliskan untukNya.
Tuhan…
Jika kau menginginkanku untuk merasakan ini
Izinkanlah kekuatanMu pada jiwa dan tubuhku.
Aku tak peduli akan kebaikan dan keburukan yang akan kau berikan
Sebagai hamba yang di beri kesempatan,
aku ingin menerimaMu tanpa alasan.
Tuhan…
Aku mohon maaf jika sesekali ku berteriak lantang
Atau meronta tak terima akan kenyataan.
Sungguh aku mohon maaf
Karena aku tak pernah berniat untuk menantangMu.
Aku masih belum percaya dengan perlakuan Tuhan, hingga akhirnya beragam pertanyaan telah menghiasi di setiap dinding angan-anganku. Melunturkan keimanan dan keyakinanku. Semuanya telah ku yakini salah, tapi emosi menerimanya benar dan benar hingga benar-benar ku merasakan sakit walau tanpa luka dan airmata. Sempat ku arahkan pandangan kepada malaikat-malaikat yang selama ini selalu berkehendak untuk memahami, karena senyum dan perhatiannya telah cukup menyirami kehidupanku yang kian gersang sebelum kemarau. Jika bantuan tak mampu kalian berikan, aku tak pernah bersedih karenanya. Karena aku tak pernah berhak untuk menuntutnya. Yang ku harapkan hanya pengertian dan kesempatan. Dimana janji kalian saat aku masih berdiri tegak penuh tawa? Ah, aku ragu dengan semua yang pernah kita temukan dan nikmati bersama. Apa persahabatan hanya sekedar menikmati saat senang, dan menikam saat susah?  Apakah dengan menjatuhkan karakter masih bisa ku anggap sahabat? Teman saja sepertinya tak pantas untuk kalian. 
Dulu kita begitu akrab, senyum dan tawa seperti telah menjadi kemeja yang setiap hari kita kenakan. Hingga saat tertawa, kita telah lupa pada kemungkinan dan kesusahan. Lets gone be by gone, memang aku tak pernah ingin menuntut apa yang telah ku bagikan, sungguh ini hanya tulisan dan perasaanku yang pada kenyataanya tak pernah kalian mengerti. Kalian yang telah lama aku anggap teman bahkan sahabat, kini seperti tak punya perasaan. Saat aku berada sejengkal lagi di depan jurang, semua kalian telah berdiri hendak mendorongku mempercepat ajal dan keputusan Tuhan. Kalian seperti telah benar-benar lupa bahwa kita pernah tertawa bersama, membagi senang dan gembira. Bahkan aku sempat merasaka sedih bersama kalian semua. Karena kebijakan hatiku ingin sekali melihat semua seperti sediakala. tapi ini telah berakhir, mungkin ada baiknya aku jalani ini sendiri. aku tak peduli kalian menganggapku apa. Telah ku putuskan untuk mengikhlaskan diri pada segala sikap. Menyesalpun telah tak berguna lagi, hingga aku putuskan untuk sendiri. lebih baik aku luangkan waktu untuk pelangi.
ku persembahkan buat orang-orang yang telah salah aku anggap baik. ternyata kalian sama kejamnya kayak israel. 
terserah deh kalian mau nganggap apa, tapi kalo bisa jangan bicara di belakang. yang jantan dikit donk, katanya udah dewasa, kalo ga suka MUKUL aja deh, ga usah jelek-jelekin gitu. kayak anjing tau ga sih lw. 

4 comments:

  1. penuh luapan emosi dan penghayatan

    ReplyDelete
  2. emang....kayak anjing tuh orang2 di sini. ngakunya temen, ngaku saudara kalo lagi seneng aja

    ReplyDelete
  3. yupz thanks, lagi belajar nulis....hehe

    ReplyDelete