December 17, 2010

mulyanya anjing


Alhamdulillah hari ini masih diciptakan 24 jam, sama seperti biasanya. Mentari sudah mulai berkuasa, dengan terik cahaya yang kian menyengat. Dirumahku, apartment yang kami sewa bersama masih beranggotakan enam orang. Dan sepertinya ada masalah yang kembali timbul, masalah lama yang kemudian mengakar menjadi pohon yang telah berbuah, bahkan hampir jatuh karena sudah saatnya untuk dipanen. Tentang salah faham dan minimnya pengertian satu sama lain. Aku sama sekali tidak berfikir ras dan suku berbeda dapat menciptakan masalah beruntun seperti ini.

Tanpa konfirmasi ataupun pernyataan dari kedua kubu, konflik ini kian nyata untuk dirasakan. Tak ada lagi canda yang bisa kami nikmati bersama, di ruang tamu hanya ada beberapa orang yang masih dikaruniai pengertian dan pemahaman yang sama. Sementara sisanya lebih memilih untuk mengurung di kamarnya masing-masing. Awalnya aku merasa tak ada yang aneh dari pemandangan sekitar, karena cukup wajar bagiku. Tugas kampus yang kian menumpuk, final project yang seperti tak berujung mungkin cukup logis untuk dijadikan alasan. Tapi aku merasa ada yang beda, entah kenapa aku begitu merasa sedang berada di tengah.

Ya, akhirnya sebuah pernyataan kembali aku dapatkan. Entah berapa lama pertandingan ini akan bertahan dan berakhir. masihkah 45 X 45 menit seperti layaknya permainan bola. Ataukah ini akan menjadi petandingan badminton, dimana pertandingan akan selesai setelah salah satu kubu mampu mengalahkan dua set. Yang jelas rumah kami (vista) sedang dalam keadaan tidak normal. ada kesenjangan dan jarak atau mungkin kecemburuan sosial antara satu sama lain. Tapi terlepas dari itu semua, aku lebih suka menganggap ini adalah faktor pemikiran kerdil dari orang-orang yang mengaku telah dewasa. Mungkin karena sempurnanya Allah, hingga menciptakan para remaja di rumahku masih seperti bayi berumur 2 hari. Matanya masih belum terlalu jelas melihat dunia, dan ada banyak hal yang mampu membuanya menangis. Begitulah gambaran rumah yang sedang kutempati.

Yang jelas masalah telah tumbuh dan terlanjur mengakar karena kenangan dan tragedi masa lalu. Dan ini hanya akan menambah jumlah daftar konflik yang terjadi selama kami tinggal bersama, di Malaysia. Entah berapa jumlahnya, pastinya aku tak suka melihat pertandingan hati. Aku fikir akan berada di tempat yang sama, sebagai pengamat olahraga. Tulisanku bisa saja menjadi sebuah pujian, atau mungkin kritikan, bahkan jika perlu akan kutambahkan pembelaan untuk sebuah hal yang disalah-salahkan.

aku memang berumur lebih muda dari mereka, tapi ini bukan masalah umur. mengingat posisiku saat ini sebagai pengamat. Sungguh aku seperti kehabisan akal untuk dijadikan alasan dan menjadikan masalah ini maklum adanya. Memang ada sebagian jiwa yang harus dibinasakan sifatnya. Dia yang selalu merasa dan mengaku lebih dewasa dari yang lain. Lebih tau dan lebih berpengalaman disegala bidang. Seakan seperti malaikat yang tak pernah salah, dan terlalu suci untuk disalahkan.

ini sebuah fenomena yang tak akan pernah berjalan dijalur yang sama. umur telah mengharuskan mereka dewasa, baik secara sifat dan tindakan. Paling tidak mereka tahu dan mengerti perasaan orang lain tentang hak dan kewajiban. Mengapa akal yang demikian sempurna mampu mendewasakan orang-orang yang tak memiliki hati nurani?? anjing saja jika cukup lama dipelihara oleh pemiliknya, dia akan tau perasaan majikannya. Bergabagai cara akan dia lakukan agar majikannya bahagia. Meski pada hakekatnya anjing hanyalah salah satu dari sekian banyak hewan yang tak memiliki akal fikiran. Dan akhirnya aku tersadar pada sebuah kenyataan bahwa : walaupun anjing terlahir sebagai hewan yang tak memiliki akal ternyata mereka berada sedikit lebih baik dari sebagian kelompok manusia yang terlahir lengkap dengan hati dan fikiran.

Sungguh terlalu mulya rasanya jika kupanggil kau ANJING. Kelakuan dan sifat anjing yang sama-sama kalian miliki, telah menjadikan derajat kalian setingkat di bawah para anjing. Karena kalian terlahir sempurna dan lengkap, hati yang seharusnya berfungsi untuk merasa sensitif, otak yang semestinya bisa menilai baik dan buruk. Seperti telah menjadikan semua yang kau lakukan benar dan benar.

Lantas apa yang mereka banggakan dengan menjadi mahasiswa?? jika tempat paling pantas adalah kolong jembatan, tempat sampah, atau paling muliya adalah diikat di perumahan untuk menggonggong setiap pendatang baru.

Jujur saja, satu kata pamungkas untuk mereka yang sedang dan belum membaca. Aku tidak suka untuk berada di tengah-tengah kalangan para anjing-anjing yang masih bayi.  Ingin sekali kumenjauh dari kalian, mencari ketenangan dengan hidup sendiri di suatu rumah, atau pindah mencari kawan-kawan baru. Tapi aku masih berharap besok atau lusa kalian akan berubah, menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. i need you to be you, seperti yang Allah anugrahkan dalam hidup.

No comments:

Post a Comment