December 18, 2010

perbedaan


Mengapa kebanyakan orang lebih memilih untuk bangga dengan hal yang sepatutnya tak pantas mereka dapatkan?. Setiap kata dan tingkahku memanglah tak pernah sempurna, selalu ada salah dan kadang kalah jika kau membanding-bandingkannya. Tapi bukankah kehidupan telah lama mengajarkan kita untuk hidup sesuai undang-undang tak tertulis yang telah Tuhan anjurkan?.cintai mereka yang tak mampu, kemudian hormati mereka yang lebih tinggi darimu. Mudah bukan? 


Hari ini, ada lagi kisah baru dalam hidupku. Saat malaysia seperti sedang musim gugur, hujan tak jelas. Rintik yang berkepanjangan seakan tak akan bisa berhenti. Memang belum bisa dikatakan hujan, karena jumlah tetesnya tak begitu banyak dan terlalu lambat. Tapi jika ada orang yang berjalan tanpa payung, dengan jarak 5 Km saja sudah cukup membuat mereka kebasahan. Seperti jarak tempuh apartment vista menuju kampus.

Sepanjang perjalanan, fikiranku berada di suatu tempat yang begitu sering kujumpai. Tempat kumengambil pelajaran hidup dari sebuah pemikiran sederhana. Begitu banyak ragam manusia telah kutemui, sifat dan karakter masing-masing orang yang sama sekali berbeda memaksaku untuk terus belajar. Bahwa setiap orang memang dilahirkan berbeda, dengan karakter dan sifat yang paling mereka rasa nyamanlah akan mereka pilih untuk meneruskan kehidupan ini. Kebanyakan orang lebih suka menilai orang lain salah, karena salah satu sifat  atau tindakan dan keputusannya tidak sesuai dengan yang dia harapkan. Orang ini biasanya memaksakan karakternya untuk dimaklumi orang lain, tetapi mereka tidak bisa memaklumi karakter orang lain yang pastinya akan selalu berbeda. Inilah bayi-bayi yang sering aku sampaikan di beberapa kesempatan. Mereka benar-benar tidak bisa menerima perbedaan, mereka ingin semua yang terjadi terasa nyaman dan benar menurut versinya sendiri. Dan ketika ada orang yang bersikap diluar jangkauannya, mereka akan mudah tersinggung dan marah.

Egois dan menganggap bahwa dirinya selalu benar dan benar. Hingga dari sekian banyak konflik dan problem kebersamaannya, dia selalu berkomentar buruk tentang orang yang sedang bermasalah dengannya. Dan hasilnya, semua orang yang bermasalah dengannya, selalu menjadi orang salah. Awalnya, aku sempat berhusnudzan dengan menyepakati bahwa yang dilakukannya adalah benar. Tapi itu tak bertahan lama, karena hidup adalah masalah yang akan selalu datang dengan beraneka ragam bentuk dan rasa.

Aku tak ingin lagi menjadi pelatih dalam suatu pertandingan konflik seperti sebelumnya. Yang menginstruksikan dengan anjuran atau nasehat kepada para pemain. "Aku lebih suka jadi pengamat" itulah salah satu kata-kata dari teman seperjuanganku. Orang yang sudah cukup matang dalam fikiran dan tindakan, meski suka bercanda, dia termasuk orang yang paling bijak untuk menanggapi masalah yang terjadi. Dan aku seperti setuju dengan pola berfikirnya. Ya, seorang pengamat tak perlu berfikir dan sakit hati, dia hanya perlu menyampaikan apa yang sedang mereka lihat. Itu saja, perkara pemain cedera atau akumulasi kartu, itu urusan pelatih suatu tim.

Aku tak ingin berkomentar benar pada salah satu tim. Biarkan semua berjalan sesuai keinginan mereka dan jalan mereka masing-masing. Mereka sudah dewasa dan tua, lakukan saja apa yang kalian ingin lakukan. Karena suatu saat pasti akan ada balasan dari setiap tindakan yang telah kalian perbuat.

Jika kalian merasa dewasa dengan apa yang kalian lakukan. Tetaplah dewasa dengan cara kalian sendiri. Dan kalau kalian menganggap aku tidak dewasa, tetaplah dengan keyakinan yang sedang kalian punyai. kalau bukan sekarang, mungkin besok atau lusa kalian akan menyadari, siapa yang lebih dewasa selama ini.

No comments:

Post a Comment