July 26, 2011

Islam itu indah, meski tak selalu mudah


Langit Malaysia semakin panas, sopir taxi bilang karena sudah kebanyakan dosa. Aku tersenyum saja dan membiarkan beliau berargumen sepuasnya tentang negara yang sedang kusinggahi ini. Sebenarnya aku sama sekali tidak tertarik untuk berkomentar atau menanggapi semua atau bahkan salah satu kalimat sopir taxi di sampingku ini. Tapi supaya terkesan mendengar apa yang beliau sampaikan, seharusnya aku menanggapinya.

"Di mana-mana yang namanya dosa sama saja, yang membedakan hanyalah bagaimana kita menanggapinya."

Sejenak beliau terdiam dan semakin memacu mobil lebih kencang dari sebelumnya. Dalam keadaan masih terlihat santai beliau kembali menanggapi apa yang kusampaikan.

"Tapi saya heran, dosa terlihat selalu lebih banyak? pasti saya masuk neraka dulu sebelum menuju surga"
Pernyataan paling sering aku dengar dari berbagai kalangan.  Dan aku masih dengan jawaban yang s
ama untuk semua orang yang menanyakan hal ini. Tak ada yang perlu kita kalkulasi banyak-sedikitnya dosa yang sudah kita lakukan. Kemudian beliau kembali bertanya tentang apa yang harus dilakukan? masih seperti skenario yang sudah berkali-kali kutemukan. Sama saja. Mungkin di bahasa saja yang berbeda.

Ya, tak ada yang lebih penting dari sesuatu yang sudah kita lakukan kecuali untuk melupakanya. Karena kehidupan adalah hari ini, sementara kemarin adalah masa lalu yang seharusnya tidak mengurangi jatah kita hari ini. Besok? masa depan yang belum jelas. Biarkan saja semuanya menjadi mimpi yang belum pasti. Tak ada yang perlu kita khawatirkan. Ini hanya pemikiran sederhana yang tak semua orang mau menjalaninya. Tapi yang jelas beginilah cara nabi hidup di zamanya.

________________________________

Ini cerita lain, tapi masih terjadi hari ini. Management Information System, itulah nama subject yang aku datangi saat hari sudah menjelang malam. Hari ini ada presentasi tokoh islam yang berperan terhadap teknologi di zaman ini. Setiap group yang ada sudah dengan jelas menyampaikan tentang sumbangan apa yang bisa para tokoh islam sajikan untuk memudahkan kita di tahun 2011 ini. Tapi ada satu pertanyaan yang cukup membuat aku tersenyum geli mendengarnya. Tanpa mengurangi rasa sopan terhadap penanya yang kebetulan adalah dosen, aku cukup mengacungkan tangan ingin menanggapi.

Pertanyaanya begini, kenapa orang-orang di zaman dulu bisa menguasai banyak bidang padahal resource yang mereka dapatkan tidak lebih baik dari yang kita rasakan sekarang?

Tokoh-tokoh yang kami pilih memang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya. Mereka kami haturkan dalam bentuk presentasi sebab merekalah bagian dari sejarah yang sedang kami nikmati hari ini. Mereka manjadi tokoh di zamanya, dan akan tetap menjadi sejarah selama masih ada pelajaran sejarah di bangku sekolah. Zaman sekarang bukan tidak ada yang memiliki prestasi hebat dan patut diperhitungkan, tapi masalahnya mereka-mereka adalah orang yang hidup di zaman dimana kami masih hidup. Mungkin mereka akan menjadi sejarah bagi anak cucu kita nanti kalau bumi ini belum kiamat. Jadi secara logika kita tidak bisa membedakan zaman dulu dengan sekarang dalam sisi kemampuan/skill manusia. Selalu ada tokoh di zamanya.

Merasa tak cukup puas dengan yang aku sampaikan, beliau langsung berargumen bahwa system pendidikan yang kita rasakan hari ini adalah hasil dari orang-orang barat. Yang mengkotak-kotakkan course dan subject apa yang harus diambil untuk mendapatkan ijazah. Kemudian membatasi apa yang bisa kita lakukan untuk menuntut ilmu.

Oh...Sebentar, kalau berbicara seperti ini di hadapan para muslimin mungkin tak ada yang protes. Aku juga muslimin, tapi aku tidak mau menanggapi untuk membenarkan karena aku muslim. Ini masih tentang bagaimana kita membuat analisa dari sesuatu yang kita dapatkan. Jelas ini tak pernah mudah untuk memungkiri ajaran islam yang sudah Allah turunkan sempurna. Terlepas argumenku kali ini adalah bagian dari dosa atau pahala, aku yakin Allah mengerti apa yang aku maksudkan dari komentarku yang tak sempat aku sampaikan karena semua mahasiswa sepakat dengan dosen tersebut. Sepertinya ini akan menjadi diskusi panjang kalah aku harus benar-benar menanggapi pernyataan beliau. Tapi, aku tidak pernah punya satu pintu untuk melakukan sesuatu. Dengan santai aku bertanya, "kenapa dosen anti product orang barat?"

to be continue.....................

No comments:

Post a Comment