April 16, 2011

Seri Nilai Kekinian: EMPIRIK


Kesadaran empirik adalah kesadaran terhadap dunia yang nampak ada, bukan yang seharusnya ada. Dunia yang nampak ada itu adalah dunia yang bisa dilihat oleh mata dan alat-alat inderawi kita. Ia tidak ada dalam dunia wacana atau idea, tetapi ada di sekeliling kita. Dunia ini sangat mempesona, kongkrit dan mudah dibuktikan. Nilai utama yang dikembangkan dalam kesadaran empitrik ini adalah:

  1. Konsistensi  (keajegan). Ini artinya, segala sesuatu baru dapat dianggap benar, bila sesuatu itu secara terus menerus menunjukkan demikian dan tidak pernah berubah oleh karena waktu dan tempat.
  2. Measured (terukur). Artinya  dapat diukur dengan takaran yang jelas, 
  3. Visible  (bisa diamati): Mkasudnya, dapat disaksikan dengan jelas oleh kekuatan-kekuatan indera

Adapun  nilai dan ajaran nilai yang dikembangkan dan disebarkan  oleh keasadran empirik (baca: empirisme) berbunyi seperti ini:

  1. Segala hal yang tidak demikian dan tidak bisa demikian (maksudnya tidak memenuhi tiga syarat di atas)  tidak dapat dianggap benar.
  2. Segala sesuatu dapat dirujuk kebenaranya pada kesadaran empirik,
  3. Segala sesuatu yang tak dapat dirujuk kebenarannya pada kesadaran empirik adalah salah dan bohong.

Syurga, hari kiamat, malaikat, pertanyaan kubur dan ghaibiyat lainnya dianggap tidak ada dan omong kosong dan tidak benar, karena tak dapat dikukur dan tidak visible.  Nilai-nilai empirik  itu mungkin benar adanya:

  1. Bila diterapkan kepada hal-hal bersifat material,
  2. Bila digunakan untuk mengetahui fenoma (gejalan yang menampak)  dari sesuatu, bukan nomena (hakikat objektif dari sesuatu itu)

Akan tetapi perlu kita tahu  bahwa  selain benda-benda material ada sesuatu yang lain, di dunia yang lain pula yang tidak dapat dikenali dan diketahui secara empirik oleh kekuatan inderawi.  Dunia itu  antara lain alam jiwa,  alam rohani, dan alam hati nurani.  Kesadaran empirik untuk mengenali  hal-hal material saja hanya bisa menjangkau gejala-gejala fenomenalnya (gejalanya yang menampk), sementara fenomenanya (hakikat substansialnya) tak pernah bisa disentuh oleh ketajaman semua kekuatan indera.

Apalagi dunia-dunia yang lain yang tak ada dalam diri kita, yang adanya di luar diri kita, bahkan mungkin di luar kesadaran diri kita,  seperti alam barzakh ( dunia yang ada antara saat  kematian hingga  saat hari kebangkitan dimulai), alam akhirat (alam hari kebangkitan hingga syurga dan neraka), dan lain-lain.  Masing-masing punya karakteristiknya  sendiri-sendiri, yang antara satu dengan lainnya berbeda. Semua itu hanya bisa disentuh dan dikenali oleh kekuatan iman. 

Berdasarkan itu makan dapatlah ditegaskan bahwa hal-hal yang empirk bukanlah ajaran tentang nilai, dan bukan pula nilai yang dapat dijadikan ukuran untuk menetapkan sesuatu baik atau buruk, indah atau jelek, benar atau salah. Ia semata gejala yang menampak dari benda-benda material, yang bisa diserap kehadirannya oleh kekuatan-kekuatan inderawi kita.

No comments:

Post a Comment