April 16, 2011

Seri Nilai Kekinian: RASIONAL

Salah satu nilai moral yang diagungkan oleh masyarakat dunia moderen sekarang adalah “rasional”. Semua yang tidak rasional tidak dapat diterima. Bahkan ditolak dan dianggap salah. Rasionalitas telah menjadi standar baku untuk menetapkan sesuatu dapat disebut benar atau salah. Kalau demikian apa arti yang sebenarnya dari kata “rasional” ?

Mari kita meneliti makna yang dimengerti oleh masyarakat pemilik bahasa itu semula, yaitu Inggris. Rasional dari bahasa Inggris, “rational”. Sekurang-kurangnya ada tiga arti

  1. Rational  bila dikaitkan dengan “of person”, berarti “able to think and make decisions based on reason”. (bisa berpikir dan membuat keputusan-keputusan yang didasarkan pada alasan-alasan)
  2. Rational bila dikaitkan dengan “of ideas”(gagasan-gagasan)  atau “actions”(tindakan-tindakan),   berarti “based on reason” (didasarkan pada alasan-alasan)
  3. Ratonal berarti “able to think clearly and normally.”  (bisa berpikir jernih dan normal).

Dari penjelasan di atas diketahui, sesuatu disebut rasional  bila  memiliki alasan-alasan yang dapat diterima oleh pikiran orang yang mampu  berpikir normal dan jernih. Orang disebut bisa berpikir jernih dan normal bila cara berpikirnya didasarkan pada prinsip-prinsip logika.

Bagi logika “sesuatu yang rasional” adalah sesuatu yang valid atau sah. Sesuatu yang sah menurut prinsip-prinsip logika, belum tentu benar. Logika hanya mengantarkan  orang pada usaha berpikir sah menurut cara kerja otak manusia. Dan tidak mengantar manusia pada kebenaran yang pasti. Tetapi persoalannya kemudian “sesuatu yang rasional” selalu dianggap benar, dan rasionalitas  kemudian menjadi syarat diterimanya sesuatu sebagai benar atau salah. Jadi makna awal rasional berubah dari “mengantarkan pada keabsahan” menjadi “nilai kebenaran”, dan rasionalitas berubah dari “syarat sahnya kerja pikiran” menjadi “standar baku yang digunakan untuk mengukur ada tidaknya kebenaran”.. Sungguh ini sebuah pergeseran yang halus dari berstandar pada agama  ke berstandar pada pikiran.

Pada kesempatan ini saya ingin menyatakan, bahwa rasionalitas itu adalah produk dari kerja sel-sel saraf dalam otak kita. Dalam bahasa populer sel-sel saraf yang bekerja dalam otak kita itu adalah ulat-ulat kecil dan amat kecil sekali, Saking amat kecilnya,  untuk bisa mengetahui cara kerjanya kita memerlukan alat pembesar yang moderen. Pertanyaan berikutnya:

  1. Mengapa masyarakat moderen lebih mempercayai karya ulat-ulat kecil dari pada mempercayai agama, hidayah dan  pancaran nur ilahi yang memang produk asli dari Dzat Maha Tahu,  Allah ???!!!
  2. Mengapa lebih mempercayai hasil karya ulat-ulat kecil di saraf kita  dari pada  Allah??!!!. Subhanallah, Allahu Akbar.

No comments:

Post a Comment