“Kalau sudah jodoh, ga mungkin kemana”, dulu ketika aku masih kecil, kata-kata itu pernah terngiang di telingaku. Sampai sekarang pun, dia bak prasasti yang tak mampu di rubah sedikitpun. Hingga menjadi akrab, dan menjalar menapaki setiap jengkal kehidupan yang pernah ku temukan. Tapi kini aku sudah sedikit dewasa, fikiranku sudah mulai berubah hingga beberapa kali sempat menentang adat dan kebiasaan pada suatu suku atau ras. Tapi aku fikir itu wajar, karena aku yakin pada setiap otak yang di ciptakan telah di taqdirkan untuk memiliki perbedaan. Dan karena Tuhan benar-benar sempurna menciptakan semuanya berpasangan. Ketika Tuhan menciptakan manusia untuk mengatakan “YA” maka ketika itu juga Tuhan telah menciptakan satu manusia lagi untuk mengatakan “TIDAK”.
Aku kembali teringat akan susunan kata yang dulu sempat aku dengar itu. Tapi kini, sepertinya aku ingin mengakhiri kata-kata tersebut untuk di fikirkan. Pada suatu kesempatan, salah seorang teman bercerita tentang sebagian kehidupan yang dia miliki. Namanya siska, pernah menjalin hubungan dengan pria selama kurang lebih satu tahun dua bulan. Tapi perjalan cintanya harus di akhiri karena keputusannya untuk melanjutkan study. Keputusan yang di ambil memang terlihat sepihak, karena orang tua yang tak kan merestuinya jika terus berhubungan sambil kuliah yang mereka anggap akan mengganggu aktifitas belajar dan sebagainya. Siska sudah berusaha meyakinkan kedua orang tuanya, tapi berujung dengan nasihat yang tak pernah terkalahkan “kalau sudah jodoh, ga mungkin kemana nak !”. kata-kata ini bagaikan mantra para penyihir yunani kuno yang tak pernah gagal merasuk para korbannya. Akhirnya siska pasrah dan meyakini bahwa yang di katakan orang tuanya adalah benar. Meski ada beberapa perasaan yang masih belum bisa menerima tentang apa yang telah dia lakukan.
Setiap manusia yang terlahir memang telah di rencanakan bermasalah untuk di selesaikan dengan caranya sendiri. aku sangat yakin masalah yang di alami siska, pasti juga pernah menimpa kita (pemuda-pemudi pencari pasangan). Dan tanpa tersadar aku pun pernah mengungkapkannya. Sore itu, ku buka laptop dan langsung terhubung ke internet. Surfing, chating or facebooking, tiga kegiatan yang kadang di tambah dengan bloging, just for updating my cyber life. Tanpa terasa aku telah tumbuh dewasa, waktu seperti tak pernah berjalan lambat. Telah banyak aku temukan hal-hal baru, tak terkecuali berhubungan dengan perempuan atas nama rasa suka dan ketertarikan yang ku rangkum dalam kata “cinta”.
“hai…your wife want to be gimana kabarnya? ”
“kayaknya sih baik, udah lama ga connect bro” jawabku seadanya.
“wah…kok bisa? Apa udah ada yang baru?”
“yeah may be. Kalau jodoh ga mungkin kemana”
Itulah perbincangan singkatku lewat yahoo messenger. Dengan mengenyampingkan siapa yang menanyakan dan siapa yang kami bahas. Sesaat setelah chating selesai, aku sadar telah mengikuti apa yang pernah orang tua siska katakan. Secara tidak langsung aku telah terjamah oleh mantra ini, hingga ikut serta untuk meyakini bahwa yang ku katakana tadi adalah benar.
Umurku sudah 20 tahun, perempuan yang ada di hatiku sekarang adalah pelangi, ada banyak puisi yang telah terlahir secara otomatis karenanya. Bahkan dia mampu menguasai mimpi dalam tidurku. Di kesempatan lain, pertanyaan yang menghasilkan jawaban sama kembali ku terjadi tanpa di sengaja.
“Kalau salah satu dari kalian lulus duluan gimana tuh kedepannya?”
“aku ga mau banyak berharap, kalau jodoh ga mungkin kemana”
Mantra itu kembali ku ucapkan, tapi bedanya kali ini aku merasa bersalah. Bagaimana mungkin aku pasrah begitu saja tanpa usaha atau ikhtiar, tanpa doa dan pengharapan pada Tuhan. Dulu salah satu guruku pernah mengajarkan tentang ayat yang berbunyi “la yugayyiru ma biqaumin hatta yugayyiru ma bi anfusihim” artinya : Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali mereka sendiri yang merubahnya. Telah lama aku tau akan hal ini, dan membuatku untuk tidak bersikap pasrah dengan keputusan dan ketentuan Tuhan. Saat aku merasa bodoh, aku belajar. Saat aku merasa uang jajan kurang, aku ikut menemani nenek bekerja – mengikat rumput laut- setelah pulang sekolah. Aku tau Tuhan pasti memberikan apa yang aku pinta, tapi Tuhan akan membatalkan niatnya jika aku bersikap pasrah dan hanya menunggu begitu saja. Beginilah hidupku, meski semua keputusan berada pada kebijaksanaan Tuhan, aku berusaha untuk melakukan sesuatu sebelum menyerahkan dan menerima ketentuan-Nya.
Tapi mantra “kalau jodoh ga mungkin kemana” tak sempat terfikirkan olehku. Aku merasa mantra ini terlalu benar untuk di salahkan. Bertahun-tahun aku mendengar mantra ini dengan nada yang sama, dan ternyata telah cukup membuatku percaya akan kebenarannya. Jodoh sepenuhnya di tangan Tuhan, sama seperti kematian dan rezeki yang telah di tetapkan-Nya tanpa bernegosiasi dengan setiap dari kita.
“kalau jodoh ga mungkin kemana” dan “la yugayyiru ma biqaumin hatta yugayyiru ma bi anfusihim”. Semula aku fikir dua kata ini berbeda, seperti lampu merah dan lampu hijau pada rambu-rambu lalu lintas yang jelas beda fungsi dan kegunaannya. Tapi ternyata tidak, semua kita harus tetap berusaha mempertahankan atau memperjuangkannya, dengan doa dan usaha. Sama seperti yang kita lakukan untuk mendapatkan rezeki dalam bentuk uang dan lain-lain. “la yugayyiru ma biqaumin hatta yugayyiru ma bi anfusihim” tetap keluar sebagai pemenang pada pemahamanku. Sementara mantra itu hanyalah kata-kata salah yang pernah aku yakini kebenarannya. Jodoh memang tak pergi kemana, tapi jodoh akan pergi kemana dia suka jika kita tak pernah mengusahakan dengan perbuatan dan doa. Karena dari semua Tuhan yang manusia temui dan yakini, tak satu pun dari Tuhan yang ada menjanjikan akan memberikan rezeki, jodoh begitu saja tanpa usaha. Setiap manusia yang menjadi hamba-Nya wajib melakukan sesuatu agar apa yang di inginkannya tercapai. Hingga Tuhanku berfirman dalam kitab suci : “ud’uni astajib lakum”. Tuhan tau apa yang kita fikirkan dan apa-apa yang terdetik di hati ini, tapi Dia masih menyuruh kita untuk meminta kepada-Nya, hanya kepada-Nya.
Jika kita masih menanamkan kata “kalau jodoh ga mungkin kemana”, sepertinya kita salah. Cinta harus di perjuangkan dan di pertahankan. sama seperti uang yang ingin kita dapatkan tak kan pernah secara otomatis ada di account bank yang kita miliki. Harus ada dengan kerja dan di sempurnakan dengan doa kepada Tuhan supaya yang kita lakukan membuahkan hasil.
Mungkin mulai sekarang, setiap kita harus mengganti mantra “kalau jodoh, ga mungkin kemana” dengan kata-kata“la yugayyiru ma biqaumin hatta yugayyiru ma bi anfusihim”.
No comments:
Post a Comment