Sungguh tak mudah bagiku menahan segala macam perasaan yang ada. Karena raut wajah dan sifat selalu berhasil bereaksi sesuai dengan kondisi yang sedang kualami. Tapi kali ini aku ingin belajar bersikap, seperti sedang tak ada sesuatu yang mampu mengubahku menjadi tidak seperti biasanya. Senyum, tatapan mata dan intonasi sengaja kubiarkan datar. meski terkesan sedikit aneh, aku merasa lebih sempurna daripada mengeluhkan keadaan yang selalu tak sama dengan harapan. Tapi ini bukan berarti seluruh pintu hatiku telah tertutup rapi, aku masih manusia seperti yang mereka kenal sebelumnya. hanya saja, detik ini mengajakku belajar menghadapi dan menerima segala bentuk keadaan yang akan sulit kulalui sendiri. Kemudian membuktikan bahwa kebahagiaan adalah pilihan tanpa memperdulikan kondisi dan situasi hati. Mungkin akan lebih mudah rasanya untuk bahagia saat aku tidak sedang sedih atau tertimpa musibah dan masalah. Tapi masihkan mungkin hati ini tetap bahagia, saat musibah dan masalah sedang membentang luas hampir di sepanjang jalan-jalan masa depan? aku benar-benar tak punya alasan yang sesuai untuk pertanyaan yang kubuat sendiri. bahkan untuk menjawab ya atau tidak pun aku tak mampu memberikan garansi yang akan bertahan lama. hingga akhirnya Tuhan kirimkanku seseorang untuk menjawab semua ini.
Langkahku terhenti saat melihat seseorang tertawa penuh canda tawa. pemandangan yang cukup bertentangan dengan logika. seorang lelaki dewasa tengah duduk di kursi rodanya, kedua kakinya sudah tak ada. Yang dia lakukan untuk menempuh jalan-jalan di rumah sakit adalah dengan terus memutar roda pada kursi rodanya agar mampu melewati setiap jengkal lantai yang ada. kulihat dia tertawa lepas, hingga satu percakapan mampu kutangkap
"gimana keadaanmu?" tanya seorang lelaki yang terlihat lebih tua darinya. aku berfikir dia masih
kerabatnya sendiri. sepertiya orang tersebut sangat terpukul. hingga menjadikan kata dari pertanyaannya terbata
"hehe...masih seperti biasanya, semua yang kulakukan masih mampu kulakukan. tak ada yang berkurang sedikitpun
dariku" jawabnya tenang, lengkap dengan senyum tanpa bekas sedih sedikitpun.
namanya pak arifin, dia baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas. Mobilnya ambruk tertimpa truk. saat ditanya bagaimana kecelakaan itu terjadi? dia hanya menjawab "entah". saya lupa bagaimana mobil keluarga saya bisa bertabrakan. Yang saya ingat hanyalah saat melihat semuanya sudah tak mungkin bisa diselamatkan. Istri tercinta, dan kedua anak saya seperti sudah tak mau melihat saya lagi. saya sangat berharap saat itu diizinkan untuk bisa menutup mata seperti yang mereka lakukan. agar saat saya membuka mata nanti, saya sudah berada di akhirat bersama istri dan anak-anak tercinta. tapi ternyata kenyataan hanya memberikan bius tidur, dan saat saya membuka mata, saya masih ada di bumi ini. tepatnya di rumah sakit tempat kita menginap ini. Hampir seluruh kehidupan saya berakhir disini. karena orang-orang terdekat yang selalu memberikan motivasi baik secara langsung dan tidak kini telah tiada. merekalah anak dan istri saya, karena kedua orang tua saya telah lebih dulu meninggalkan saya sendiri di dunia ini. memang sulit rasanya bisa tersenyum sempurna seperti sedia kala. tapi saya telah mencobanya, dan senyum yang kamu temukan ini adalah salah satu hasil dari keterpaksaan. sayapun tak heran jika banyak teman-teman dan sanak saudara menasehati saya untuk sabar. karena memang itulah kata-kata yang wajib mereka ucapkan. dan sebagai bentuk terima kasih saya adalah dengan menjawabnya dengan senda gurau seperti biasanya. seperti sedang tidak ada perubahan sedikitpun di kehidupan saya. meski pada saat saya sendiri, tangis tak pernah terbendung. tapi saya cukup bahagia dengan ini, karena bisa menikmati kesedihan ini hanya sendiri. daripada dengan mengeluhkannya pada orang lain, itu hanya akan memberi mereka sesuatu yang tak mereka suka. bagi saya, kebahagiaan mereka lebih penting. sebagai bentuk terima kasih telah menjenguk dan memberi semangat.
aku fikir, jika semua orang memiliki kekuatan yang sama sepert pak arifin. mungkin kita tak perlu lagi membangun rumah sakit jiwa. tapi ternyata Tuhan ingin sedikit memberi warna pada kehidupan ini, untuk membuktikan sedikit dari kekuasaanNya. aku sempat bertanya, mengapa Tuhan tega tidak memberi kekuatan kepada orang yang sedang membutuhkan? Banyak orang tak mampu melawan keadaan, hingga hati dan fikirannya tak berfungsi normal. cukup beragam sebab-sebab mereka harus berumah di rumah sakit jiwa. karena bangkrut, trauma kecelakaan, pemerkosan dan bahkan ada yang disebabkan oleh faktor ekonomi yang tidak kunjung stabil. ternyata rangkuman dari penyebab semuanya adalah karena keyakinan dan pengharapan bersebrangan dengan kenyataan.
akhirnya terjawab sudah pertanyaanku selama ini. 'bahagia' ternyata adalah pilihan, tanpa memperdulikan kondisi dan situasi yang sedang kita hadapi. sebagian orang memilih tetap bahagia penuh senyum, meski dia telah kehilangan sesuatu paling berharga dalam hidupnya. dan sebagian orang memilih untuk terpuruk dengan kenyataan yang menjadikan mereka harus berhenti sejenak untuk menata kehidupannya. dan hukum mayoritas-minoritas selalu berlaku hampir diseluruh permasalahan dan perkara yang sedang kita hadapi. golongan minoritas memang tidak akan pernah berubah menjadi golongan mayoritas. begitupun sebaliknya. sukses, pandai, beriman dan segala nilai plus yang semua orang inginkan tidak pernah mudah untuk didapatkan. hingga hanya orang-orang yang mampu bertahanlah yang akan menjadi bagian dari golongan minoritas. Tuhan memang tak pernah akan memjadikan kehidupan ini selalu mudah untuk dilalui. Inilah salah satu faktor mengapa kita sudah menjadi dewasa, dan tidak bermain ayunan lagi di taman kota. kalau saja Tuhan menjadikan semuanya sejalan dengan keinginan manusia masing-masing, mungkin kita akan tidur-tiduran dikamar bersama istri dan keluarga, atau berjalan-jalan menikmati indahnya tempat pariwisata tanpa sedikitpun bekerja dan berdoa pada Tuhan pemilik alam beserta seluruh isinya. bersyukurlah saat kita sedang menghadapi hidup yang tidak mudah untuk dilalui, karena saat itu akan ada kemampuan yang akan keluar dengan sendirinya, tanpa latihan ataupun paksaan. dengan tetap berdoa dan berusaha sekuat tenaga, satu hal yang harus kita percaya saat sedang down dan tak memiliki motivator untuk tetap maju : "saat Tuhan merencanakan kemudian memberikan masalah pada kita, saat itu juga Tuhan telah rencanakan jalan keluar yang harus kita temukan sendiri". dan dalam kondisi apapun, kita dipaksa untuk memilih untuk tetap bahagia atau sedih. Pak arifin adalah salah satu contoh orang yang memilih untuk berbahagia, meski hatinya sesak memberontak kenyataan. Life is too beautiful to shut us down.
No comments:
Post a Comment