January 2, 2011

Belum Dewasa

Dulu kita pernah tertawa lepas tanpa beban, saat itu sama sekali tak ada ego dan kepentingan individu. Karena semua kita masih merasa tentram dan belum saling menyilang dan berjalan di jalan-jalan satu sama lain. Tapi itu hanya "dulu". Sesuatu yang sama sekali sudah sirna, seperti kematian yang kadang meninggalkan cerita.


Hari terus berjalan tanpa henti, mengejar kematian dan kiamat yang selalu kita nantikan bersama. Hingga pada suatu kesempatan, kita saling melintasi jalur-jalur privasi. Dan disitulah kita sering terhenti oleh keadaan untuk saling berkomunikasi. Entah apa yang kalian fikirkan saat itu, sungguh aku tak mengerti. Anehnya, kalian lebih suka untuk berbicara sepihak. Tak ada keterbukaan, hingga masalah benar-benar mengakar pada jantuh hati masing-masing. Sungguh sangat disayangkan ketika kumelihat kalian layaknya pengecut yang tak pernah berani untuk menyatakan permasalahan yang ada. Hingga semua ego dan kepentingan diri sendirilah yang keluar sebagai pemenang keputusan, dan selalu kalian pertahankan tanpa melihat orang-orang yang mungkin dulu pernah sangat akrab.

Aku fikir kalian sudah cukup dewasa dan lebih matang dariku. Tapi ternyata sikap akan tindakan, serta pilihan terhadap keputusan selalu kalian tunjukkan sebagai remaja yang lebih kanak-kanak dari umur yang kalian miliki. Aku memang hanyalah seorang anak petani, badanku kecil, pengalamanku sedikit, aku tak pernah menjalani masa-masa remaja seperti cerita-cerita yang sering kalian ungkapkan. Tentang persahabatan waktu SMA (Sekolah Menengah Atas) atau bahkan pacaran, perempuan dan dunia malam yang sama sekali tak aku tahu. Kalian begitu bangga dengan semua yang pernah kalian rasakan, hingga aku berpendapat kalian lebih berpengalaman dariku. Lebih banyak bergaul dengan banyak orang. Dan lebih segalanya.

Sekarang semua anggapan sepertinya harus kutarik kembali, karena kulihat kalian terlalu cepat tersinggung dengan hal-hal kecil. Kalian tak sehebat pengalaman tentang cerita indahnya persahabatan, percintaan dan perempuan. Kalian tak punya itu, sama sekali tidak punya. Kalian belum cukup dewasa untuk mengerti dan memahami culture masing-masing orang. Setiap kita memang tak pernah memiliki keharusan beradabtasi dengan kebiasaan suatu suku atau kaum. Tapi ketika ada ketidak samaan pendapat, atau mungkin rasa sakit hati akibat tingkah dan sikap bawaan manusiawi masing-masing orang, setidaknya kalian mengatakannya secara terbuka dan berani. Bukan malah saling bungkam dan saling menyalahkan satu sama lain.

Dan semua sudah terlambat...

Aku punya pesan, untuk kalian yang masih saling membenci tanpa diketahui oleh orang yang sedang kalian benci. Sengaja atau tidak, sadar ataupun tidak. Menyakiti tetaplah menyakiti, suatu hal yang pasti akan meninggalkan luka. Aku hanya ingin kalian bertanya pada diri sendiri, "apakah yang aku lakukan sudah benar? apa yang aku rasakan jika berada di posisi dia?". Cobalah berfikir dengan akal yang masih sehat dan waras. Diluar sana, sudah banyak orang-orang yang kalian sakiti secara tidak sengaja. Berhentilah meyakini dan menuruti kehendak ego dan nafsu, mulailah berfikir tentang sikap dewasa, seperti yang mereka lakukan.

No comments:

Post a Comment